~ THE LONG JOURNEY TO GET MIRACLE ~ 5

Chapter 2 ( Part 1 )

Aku merindukan bahagia itu….
Tempat dimana hanya ada tawa dan sukacita,
dimana aku aman dari dekapan air mata dan peluk erat kesedihan…
aku terus berlari, mengejarnya tanpa henti,
berharap dapat meraihnya dalam genggamanku…

Aku merindukan bahagia itu….
Tempat dimana aku bisa mengganti tangisku dengan sebuah tawa riang…
Dimana dunia terasa dibawah kendaliku dan segalanya menjadi milikku…
Aku ingin diam, terus diam didalam bahagia itu,
Dan berharap, bahagia itu terus menjadi bagian dariku,
bahkan di kehidupan selanjutnya,
aku hanya ingin bahagia…

By: Yanne katrina

Sang penolong dari-NYA
~~
“ Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung;
dari manakah akan datang pertolonganku?
Pertolonganku ialah dari TUHAN,
yang menjadikan langit dan bumi.”

~ Mazmur 121: 1-2 ~

 

 

Sebulan sudah aku dirawat di RS itu, secara medis aku memang sudah sembuh. Tapi aku belum bisa keluar dari RS karena keterbatasan biaya.

Tapi kemudian pertolongan itu datang. Ada seorang perawat di RS  yang memberikan saran pada mama untuk menghadap langsung kepada pemilik RS  untuk meminta keringanan.

Mama pun melakukan hal itu dan Puji TUHAN, bukan cuman mendapatkan keringanan tapi semua biaya perawatanku selama sebulan penuh, tidak perlu dibayar !

Aku begitu senang melihat mama untuk pertama kalinya, sejak kejadian itu tertawa dengan senangnya. Aku pun seperti merasakan kembali getaran dalam imanku pada-NYA. karena setidaknya, DIA masih mau memperhatikan dan menolongku dalam hal ini.

“sebentar lagi kita akan pulang ke rumah sayang, kamu senang kan.?” Tanya mama sambil membereskan baju-bajuku.

“mmm…tentu saja aku senang, tapi…apa aku masih bisa mengejar ketinggalanku di sekolah ma..?” Jawabku dengan mengutarakan apa yang menjadi pikiranku selama sebulan di RS ini.

Mama yang sedang sibuk beres-beres kemudian berhenti dan menghampiriku di tempat tidur.

“tentu saja yan, kamu pasti bisa mengejar pelajaranmu di sekolah. Lagian kan ibu meidi sudah janji akan membimbingmu belajar untuk mengejar ketertinggalan kamu. Mama juga sudah memutuskan untuk memindahkanmu ke sekolahnya kaka saat kenaikan kelas nanti.”

“pindah sekolah? tapi bukankah sebelumnya mereka tidak mau menerimaku kan?” Tanyaku keheranan.

“iya sayang, tapi mama akan tetap memindahkanmu ke sana, karena disana ada kakamu yang bisa menemanimu saat jam istirahat, juga ada opa lepi kan yang bisa mengawasimu juga.”

Mama menjelaskan alasan-alasan terbaik yang sudah dipertimbangkannya untuk memindahkanku ke sekolahnya kaka. Dan kebetulan juga penjaga sekolah itu adalah opaku, adik dari omaku dari sebelah mama.

Jadi aku pun merasa keputusan mama memang ada benarnya juga. Tapi aku tetap saja masih memiliki keraguan apa aku akan diterima dengan baik, atau kejadian yang sama akan terulang kembali ?

Aku masih mengingat jelas hari itu sampai saat ini, hari dimana aku ditolak untuk bersekolah di tempat itu. padahal saat itu aku sudah memakai seragam lengkap untuk bersekolah, tapi yang aku terima adalah sebuah pandangan remeh dari sang guru karena katanya aku masih terlalu muda untuk bersekolah.

Memang saat itu usiaku baru menginjak 5 tahun setengah, karena saat aku masuk ke TK usiaku baru 4 tahun setengah. Jadi katanya aku belum bisa untuk bersekolah di SD itu karena masih terlalu muda.

Mereka bahkan mengunci pintu saat aku dan mama sedang memohon-mohon agar aku bisa bersekolah. Karena itulah aku sedikit tidak suka kalau harus bersekolah di sana. Tapi karena ini adalah keputusan yang terbaik, maka aku harus menerimanya.

Setelah sebulan penuh aku terkurung di RS, akhirnya aku bisa pulang juga hari itu.

satu hal yang membuatku bisa tetap bersemangat adalah bersekolah lagi. akhirnya aku bisa bersekolah lagi meskipun tugas-tugas sekolahku sudah menumpuk, menantiku untuk mengerjakannya. Tapi aku tetap menyukainya.

Semuanya berjalan dengan baik, aku bisa naik ke kelas 3 setelah melewati ujian sekolah dengan cukup mudah, meskipun aku sempat tertinggal jauh. Tapi Puji TUHAN aku bisa lulus dengan nilai yang cukup baik.

Setelah membereskan berkas-berkas kepindahanku dari sekolah pertama, aku kemudian bersiap-siap untuk memulai hari yang baru, di sekolah yang baru.

***

“bagaimana kalau kita di usir lagi ma.?” Tanyaku ragu seraya memasukan beberapa buku ke dalam tasku.

“tenang saja yan, kamu kan sudah pernah setahun bersekolah.itu bisa menjadi bukti kuat bagi mereka untuk bisa menerimamu disana. Jadi jangan takut ya.” Jawab mama dengan berusaha menenangkanku.

Dan kata-kata mama memang benar. Aku bisa diterima bersekolah disana dengan mudah, kepala sekolah disana hanya memberikan beberapa test perkalian dan Puji TUHAN aku bisa menjawabnya dengan mudah.

Hari pertamaku bersekolah cukup menyenangkan, selain disana ada kakaku, teman-teman sekelasku juga ramah semua. Sepertinya duniaku sudah kembali pulih sejak kejadian kecelakaan itu. aku benar-benar berjanji pada diriku sendiri untuk tidak lagi jalan keluar saat jam istirahat sekolah kecuali ada yang menemani.

Setahun telah berlalu sejak sakit terakhirku . sekolahku berjalan dengan lancar dan mama bisa kembali berjualan kue untuk membantu keuangan keluarga kami. Tapi ketenangan itu tidak berlangsung lama, kejadian yang sama terulang kembali. Aku sakit lagi.

“kita mau kemana ma.?” Tanyaku pada mama soreh itu.

“kita akan kerumah pamanmu, sepupumu meninggal dunia pagi tadi.” Jawab mama sambil membereskan beberapa pakaian kami yang akan dibawah.

“jadi kita akan menginap disana ya ma..? Lama tidak ? aku dan kaka kan sekolah ?” Tanyaku lagi.

“nanti mama minta izin sama guru kalian, lagian kita di sana cuman 3 hari doang. Ngga lama ko’.”

Setelah membereskan semuanya, kami sekeluarga berangkat menuju kerumah duka. Setibanya disana, mama menitipkan aku pada saudara sepupuku yang lebih tua dariku.

“ane, tolong  jagain yanne ya. Tante mau bantuin di dapur, takutnya dia kenapa-napa kalau tante tinggal sendiri.” kata mama meminta tolong pada ka ane untuk menjagaku selama mama bekerja.

“ok tante, ntar aku jagain” jawab ka ane dengan senyumnya yang khas.

Aku kemudian dibawa sama ka ane ke rumah salah seorang tetangga di tempat itu untuk menonton tv. Awalnya ka ane menemaniku nonton, tapi kemudian tiba-tiba ka ane bilang ingin keluar sebentar.

“yanne bisa kan nonton sendiri disini? ka ane mau keluar sebentar, nanti ka ane balik lagi. bisa kan?” Tanya ka ane padaku soreh itu.

Aku hanya bisa mengangguk tanda setuju pada ka ane, meskipun sebenarnya aku sama sekali tidak ingin ditinggal sendiri, apa lagi di tempat yang tidak aku kenal.

Hampir satu jam aku menunggu kedatangan ka ane kembali ke rumah itu, tapi ka ane tidak muncul juga.

Aku mulai cemas dan takut, saat itu aku ingin sekali bertemu dengan mama, aku ingin mama membawaku bersamanya saja. Aku benar-benar tidak suka berada di tempat itu. kemudian aku melihat ka ane berjalan didepan rumah itu, aku pun memberanikan diri untuk keluar dan mengejarnya.

“ka ane.. !!! tunggu ka…!” teriakku sambil berjalan kearahnya. Tapi sialnya, jalan yang aku lewati itu penuh dengan batu. Dan bisa ditebak dengan jelas kalau akhirnya aku terjatuh dan mengalami patah tulang lagi, tapi kali ini pada paha kananku.

“ aduh kakiku…!!!” aku berteriak kesakitan sambil memegang kakiku yang patah.

Ketika mendengar teriakanku, ka ane begitu terkejut dan berlari ke arahku.

“kamu kenapa yan..? kaki kamu kenapa ?” Ka ane terlihat begitu terkejut melihat bentuk paha kananku yang sudah seperti gundukan bukit kecil. yang membuat kaki kananku berbeda 5cm dari kaki kiriku.

“kakiku patah ka…, tolong  panggilkan mama sekarang juga.” Jawabku dengan air mata yang mulai mengalir .

Aku begitu takut menghadapi kekecewaan dan kesedihan yang akan dirasakan orang tuaku. Dan terlebih lagi, aku begitu takut untuk menerima semua rasa sakit ini. Rasanya baru sebentar saja aku bernafas lega dari rasa ini, tapi lagi dan lagi aku harus kembali merasakan rasa sakit yang sama.

To Be Continued….

Tinggalkan komentar