Archive | Juli 2012

~ The Long Journey To Get Miracle ~ 2

Chapter 1 ( part 2 )

6 januari 1988, aku lahir dengan keadaan normal dan sehat. Kelahiranku menjadi pelengkap sukacita dalam keluargaku yang baru saja merayakan natal dan tahun baru. Sebagai putri ke dua, kelahiranku dirasa cukup untuk melengkapi kebahagiaan mereka yang sebelumnya sudah memiliki seorang putri berusia setahun lebih.

Tapi semua kebahagiaan itu lenyap seiring terlihatnya perbedaan pada pertumbuhanku.

Saat berusia setahun, aku terjatuh saat sedang berlari dan mengalami patah tulang kaki di bagian paha. Awalnya orang tuaku pikir itu hal yang biasa terjadi pada anak seusiaku. Tapi semuanya berlanjut dan membuat orang tuaku mulai merasa cemas, mereka kemudian membawaku ke RS.

Sejak kecelakaan pertama, aku hampir selalu mengalami patah tulang, bahkan dalam setahun aku sampai dua kali mengalami patah tulang, baik itu patah tulang kaki atau tangan tergantung di bagian mana aku mengalami benturan yang keras.

Setelah melalui serangkaian pemeriksaan dan foto rontgen sana-sini untuk melihat pertumbuhan tulang-tulangku. Akhirnya dokter memberikan hasil pemeriksaannya hari itu.

“ anak ibu kemungkinan besar mengidap penyakit osteoporosis atau yang selama ini kita kenal dengan kerapuhan tulang. Penyakit osteoporosis adalah penyakit tulang yang membuat tulang menjadi mudah patah, selama belum mudah patah tidak bisa dibilang penyakit osteoporosis. Tapi ujungnya osteoporosis adalah patah tulang..” Sambil melihat-lihat hasil foto rontgenku, dokter rudy mulai menjelaskan penyakitku pada mama.

“ tapi dok, bagaimana bisa anak saya menderita penyakit itu ? dia lahir dengan keadaan sehat dan normal.” Mama sepertinya masih tidak bisa memahami mengapa aku bisa terkena penyakit itu, dan penyakit seperti apa itu?

“Berdasarkan penyebabnya, osteoporosis dibagi menjadi dua yaitu osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer berkaitan dengan kekurangan hormon khususnya wanita, dan kenaikan usia serta ketuaan, sedangkan osteoporosis sekunder disebabkan oleh berbagai keadaan klinis tertentu atau penyakit lain.” jelasnya lagi.

“ tapi dok, seperti yang dokter bilang barusan, faktor seseorang mengidap penyakit ini adalah bertambahnya usia dan ketuaan. Lalu bagaimana dengan anak saya? Bukankah dia masih terlalu kecil untuk bisa terkena penyakit ini?” Tanya mama keheranan.

“kemungkinan besar anak ibu menderita osteoporosis juvenil idiopatik, dimana osteoporosis jenis ini biasa menyerang anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon normal, juga kadar vitamin yang normal. Dan sampai saat ini masih belum bisa diketahui penyebab yang jelas rapuhnya tulang ?” Terang dokter rudy lagi.

“ lalu apa yang bisa kami lakukan agar anak kami bisa sembuh dok ?”

“dengan sangat menyesal saya harus memberitahukan hal ini, tapi penyakit osteoporosis apalagi yang jenisnya idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya, sama sekali tidak ada obatnya. Tujuan pengobatan untuk penyakit osteoporosis adalah untuk menghindari patah tulang, bukan membuat tulang menjadi keras. Dan Gejala-gejala yang akan timbul pada tahap osteoporosis lanjut, adalah patah tulang, punggung yang semakin membungkuk, hilangnya tinggi badan, dan nyeri punggung.” Jelas dokter panjang lebar tentang penyakit osteoporosis pada mama.

“ jadi apa yang harus kami lakukan saat ini dok ? Apa tidak ada cara lain yang dapat kami tempuh untuk menyembuhkan anak kami ? Dengan rasa khawatir yang mulai memuncak, mama bertanya.

“ pilihan terakhir yang bisa anda ambil adalah melakukan operasi sum-sum tulang belakang. Tetapi resiko kegagalannya lebih besar dari berhasil, dan jika operasi ini gagal maka anak ibu akan mengalami kelumpuhan total pada kedua kakinya. Sebagai dokter saya hanya bisa memberikan pilihan, tapi semua keputusan ada ditangan anda selaku orang tuanya.” Doketr rudy hanya bisa memberikan satu jalan terakhir yang sama sekali tidak memberikan sedikit pun kelegaan di hati mama.

Dengan kekecewaan penuh yang menyelimuti hati, mama berjalan keluar dari ruangan dokter rudy untuk menemuiku dan papa yang berada di kamar pasien anak. Saat itu aku yang sedang terbaring sakit dengan keadaan kaki kanan yang diperban dan lebih tinggi dari kaki kiri karena digantung dengan ujung talinya diberikan beban beberapa buah batu, agar bisa menarik dan menahan tulang kakiku untuk tetap lurus.

Mama menghampiriku dan papa sambil menangis, kemudian memelukku dengan erat. Saat itu usiaku baru menginjak 4 tahun, dan aku sama sekali tak bisa memahami satu hal pun kenapa aku terbaring di tempat tidur itu, dan kenapa tiba-tiba saja mama menangis ?

Kemudian mama dan papa terlihat serius saat membicarakan tentang penyakitku, aku yang kala itu masih balita hanya bisa melihat tanpa bisa mengerti satu hal pun akan keadaan yang aku hadapi saat itu.

Akhirnya mama dan papa memutuskan untuk tidak melakukan operasi sum-sum tulang belakang itu. mereka memutuskan untuk merawatku semampu mereka. Dan mungkin itulah yang membuat mama begitu ketat dalam hal menjagaku, Dia hanya terlalu takut kalau aku harus mengalami patah tulang lagi.

Tapi sekeras apapun mama menjagaku, aku tetap saja mengalami patah tulang. Dan siang itu adalah hari yang bakal aku kenang sebagai hari melanggar nasehat yang berakhir fatal.

Entah karena keadaan tertekan akan pertanyaan-pertanyaan yang tak kujung aku temukan jawabannya atau karena hasratku yang ingin sekali bermain seperti teman-temanku yang lain, aku pun memberanikan diri untuk keluar kelas seorang diri.

Saat berada di depan kelas aku bertemu dengan salah satu teman kelasku. “eh ika, kamu mau kemana? aku boleh ikut ngga ?” Tanyaku sedikit ragu, aku takut ika malah melapor pada bu lia bahwa aku ‘kabur’ dari dalam kelas.
“aku mau ke kantin yan, kamu mau beli sesuatu juga ? kalo gitu bareng aja sama aku.” Jawabnya tanpa banyak bertanya mengapa aku bisa keluar kelas ? Seperti mendapatkan sebuah lotre, akhirnya keinginanku untuk berjalan-jalan keluar saat jam istirahat terkabul juga.

Tanpa banyak bertanya lagi, aku berjalan di samping ika menuju ke kantin sekolah. Tak bisa aku bayangkan betapa senangnya aku karena bisa menjalani jam istirahat seperti teman-temanku yang lain, bahkan bisa ke kantin sekolah. Meski itu hanya untuk membeli makanan kecil saja.

Saat ingin balik ke dalam kelas, aku dan ika berjalan melewati lapangan sekolah dimana ada banyak anak-anak kelas 6 yang sedang bermain sepak bola, entah karena terlalu senang karena bisa keluar kelas, aku pun lupa kalau aku berbeda dengan yang lain.

Dengan santainya aku berjalan bersama dengan ika melewati beberapa anak yang sedang menggiring bola. dan tiba-tiba , seorang anak laki-laki dengan kencangnya berlari menuju ke arahku kemudian praakk..!!!

Tubuhku berputar karena hantaman dari anak laki-laki itu. aku kemudian terjatuh dengan posisi tangan kanan yang menopang tubuhku. Ketika aku hendak berdiri kembali, tiba-tiba aku merasakan sakit yang luar biasa pada tangan kananku.
Dan ketika pandanganku beralih menuju ke pusat rasa sakit itu, aku begitu terkejut karena tanganku sudah terkulai lemas seperti sebuah ranting yang patah dan menggantung pada batang pohon, seperti itulah bentuk tanganku saat itu. Aku begitu takut, sedih, dan terlebih lagi aku sangat-sangat menyesal karena tidak mendengarkan nasehat mamaku.

Saat itu aku hanya bisa menangis menahan sakit di tangan dan terlebih lagi sakit didalam hatiku.

***

To be continued…

~ The Long Journey To Get Miracle ~

                               ~ The Long Journey To Get MIRACLE ~

 untuk Tuhan YESUS yang telah menyelamatkanku,

untuk mama yang tak pernah lelah menjaga & merawatku,

untuk papa yang selalu menangis untukku,

untuk kakak perempuanku agnes yang sudah terlahir sehat & kuat,

untuk teman-teman terbaik yang sudah menjadi ‘mini’ energy untukku : Nita, Michelle, & Gina,

untuk semua orang yang sudah menjadi hal baik dan buruk dalam hidupku,

Terlebih lagi untuk Alm.Opa Yance Adena yang sudah menjadi penolong & penghiburku……

                                                     ~   TERIMA KASIH   ~

                              Kisah ini aku persembahkan untuk kalian….

Based on a true story….,

”Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.”

 

 

                                                                                 ~Pengkhotbah 3:11~

Prolog…..,

Seorang gadis berusia 13 tahun, yang berharap bisa menerima mukjizat. Justru menemukan kenyataan bahwa dia harus kembali mengalami patah tulang. Bahkan sebuah patah tulang yang jauh lebih parah dari sebelumnya. Serentak semua orang yang ada diruangan itu langsung mengerumuniku.

Saat itu aku merasakan sakit hampir disetiap tubuhku. Dan saat aku melihat ke arah kakiku. Betapa terkejutnya aku, saat melihat tulang kering di kaki kananku, tinggal 1cm lagi tulangnya hampir menembus kulit dan keluar.

Sedangkan kaki kiriku, lututnya bergeser dari posisinya. Aku juga merasakan sakit pada lengan kananku, dan saat aku menoleh untuk melihatnya, tangan kananku sudah terputar kebelakang dan terkulai.

Aku sangat berharap saat itu aku langsung pingsan seketika saat melihatnya. Tapi tidak…jangankan pingsan. Menangispun aku tidak bisa, aku hanya terpaku diam cukup lama saat melihat tubuhku yang tak lagi terlihat ‘utuh’ karena beberapa bagian tubuhku yang patah.

Mengapa begini ? mengapa bukannya sembuh, aku justru mengalami patah tulang yang serius di berbagai bagian ditubuhku? Apa ini sebuah cobaan, atau sebuah tantangan yang harus aku lewati? Jika ini harga yang harus aku balas untuk keteguhan iman dan kepercayaan penuhku pada-MU,  Maka aku akan berhenti percaya !

Aku akan berhenti berharap pada-MU. Aku benar-benar lelah Tuhan, aku benar-benar tidak bisa menemukan pemahaman untuk semua penderitaan yang KAU ijinkan terjadi dalam hidupku. Kesabaran sebesar apa, yang sanggup menahanku untuk tetap percaya pada-MU?  jika pada keyakinan terdalamku pun, KAU masih mengijinkan hal ini terjadi padaku?

Kebenaran selalu menjadi milik-MU, tapi dari dasar lumpur dosa yang menyelimuti hidupku pun, aku akan tetap bertanya, mengapa? Aku bukan seseorang yang menjadikan larangan-MU sebagai jalanku, bahkan didalam hidupku yang gelap, aku tetap percaya pada janji-MU. Tapi kenapa? Kenapa derita ini melekat kuat dalam hidupku? Setidaknya ijinkan aku tahu mengapa? Agar aku bisa menjalaninya dengan tabah….

 

Chapter 1

  

Waktu berlalu meninggalkan kenangan.

Membuat cerita, menggoreskan luka.

Mengurai air mata, saat mimpi hanya menjadi sebuah harapan.

Berlahan dunia terasa kecil untukku.

Air mata menjadi sahabat terbaikku, dan kesendirian menjadi kawan setiaku.

 

 

Tetapi saat semuanya terasa gelap, aku bisa bertahan.

Saat semuanya tak bisa ku terima, aku bisa bertahan.

Saat hidupku tak seindah yang lain, aku masih bisa bertahan.

Yaa..aku bisa bertahan.

Dan saat harapan-harapan terbaikku tergeletak hancur, aku akan tetap bernyanyi dan berseru aku percaya pada-MU…!!!

 

 

Sesaat aku kehilangan keyakinanku,

kekecewaan membuatku berhenti berharap.

Dan rasa sakit membuatku lemah.

Berlahan dunia membuatku ingin menyerah.

Kenyataan  jauh dari harapan, seakan mimpiku tak bisa jadi nyata.

 

 

Tapi dalam dari itu semua, aku tahu waktu TUHAN lah yang terbaik.

Di dalam pengharapan yang sabar, aku diam dengan tenang.

Dan sampai waktu TUHAN itu tiba, aku akan memegang tangan TUHAN dengan erat melalui doa.

 

                                                                                  By: Yanne Katrina.

 

  Mengapa aku TUHAN…???

~~

“Ah, hendaklah kiranya kekesalan hatiku ditimbang,

dan kemalanganku ditaruh  bersama-sama di atas neraca!

  Maka beratnya akan melebihi pasir di laut;

     oleh sebab itu tergesa-gesalah perkataanku.”

                                                                  

~  Ayub 6:2-3 ~

“Kalo sudah jam istirahat kamu jangan main keluar sendiri ya. Kalo mau keluar kelas minta tolong sama ibu guru , nanti ibu guru yang temani kamu keluar kelas.” Sambil merapikan seragamku, mama terus mengulang pesan yang sama hampir setiap kali aku akan berangkat ke sekolah.

“ iya ma..” aku hanya bisa mengangguk tanda setuju.

“bekal siangmu sudah ada di tas, jadi kalo sudah jam istirahat, kamu ngga perlu keluar kelas untuk membeli makanan. Kalo memang ingin beli sesuatu, minta tolong sama temanmu saja.” Katanya lagi dengan gaya dan nada yang sama.

“nes…!” teriak mama memanggil kakaku, “kamu sudah siap belum?”

“ iya, sudah ma…” sahut kakaku sambil berjalan mengikuti kami dari belakang.

Dibanding denganku, kakaku agnes jauh dari yang namanya lemah, bahkan bisa dibilang tubuhnya sangat kuat dan sehat.

Seperti biasanya, saat berangkat ke sekolah aku akan digendong oleh mama atau papaku, tergantung siapa yang mengantar. Dan pagi itu giliran mama yang mengantarkanku kesekolah.

Dengan langkah kaki yang sedikit dipercepat untuk mengejar waktu, mama terus berjalan sambil menggendongku dengan erat diikuti oleh kakaku dari belakang. Tangan-tangan kecilku erat merangkul leher mama. terdengar jelas ditelingaku hembusan nafasnya yang ngos-ngosan karena kelelahan menggendongku. Tubuhnya yang terbilang kecil tapi kuat, terus menggendongku dengan erat.

Ketika tiba di persimpangan jalan, kakaku melanjutkan perjalanannya kesekolah seorang diri, karena saat itu aku dan kakaku sekolah di tempat yang berbeda.

Setibanya di sekolah, mama mengantarku masuk sampai kedalam kelas. “ selamat pagi yanne.” Sapa guru kelasku, bu lia.

“pagi bu guru.” Balasku, seraya memasukan tasku di laci meja.

“ eh pagi bu lia, aku titip yanne lagi ya, tolong perhatikan dia saat jam istirahat, aku takut dia jalan-jalan sendiri keluar kelas.” Mama kembali lagi mengulangi kebiasaannya meminta guru-guru untuk menjagaku agar tidak keluar kelas.

“ iya bu, pasti kami akan memperhatikan yanne dengan baik. Ibu tenang saja ya.” Jawaban bu lia sepertinya memberikan sedikit ketenangan pada wajah mama.

“ kalo begitu makasih ya bu guru, aku permisi pulang dulu.” Mama berpamitan dengan bu lia. Kemudian kembali mengarahkan pandangannya padaku, untuk mengatakan hal yang sama seperti biasanya. Jangan keluar kelas saat jam istirahat.

Saat lonceng sekolah berbunyi tanda bahwa jam istirahat sudah tiba, teman-teman sekelasku terlihat begitu bergembira. Tapi bagiku hal itu tidak mengubah apapun,  jam istirahat atau tidak, aku tetap harus berada didalam kelas ditemani bekal makan siangku.

Siang itu aku benar-benar tidak bisa menikmati makan siangku. Pikiranku dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang sudah sejak lama aku pikirkan. Kenapa aku berbeda dengan yang lain?, mengapa diluar sana anak-anak yang lain bisa berlari bebas ? sedangkan aku hanya bisa duduk disini sambil bertanya-tanya mengapa aku.? mengapa aku TUHAN yang harus menderita penyakit aneh yang tak ada obatnya ini.?

Teman-teman sekelasku, kaka perempuanku, bahkan anak-anak yang hanya tumbuh dipinggir jalanpun semuanya sehat. Lalu apa salahku sehingga aku harus berbeda dengan mereka?

Aku ingin sekali mengerti mengapa ini terjadi, tapi aku tak menemukan satu pun alasan mengapa ini harus terjadi.? Apa yang bisa dipahami seorang gadis kecil yang berusia 5 tahun tentang  OSTEOPOROSIS juvenil idiopatik.? Saat itu yang bisa aku pahami adalah, bahwa aku berbeda dari yang lain, dan hal itu jelas-jelas tak bisa aku terima dengan lapang dada.

***

To be Continued….