~ THE LONG JOURNEY TO GET MIRACLE ~ 7

Chapter 3 ( part 1 )

Saat cahaya harapan yang kau lihat didalam kehidupanmu yang sulit begitu kecil.
Janganlah menyerah.
Karena meskipun kecil,tapi disana masih ada cahayanya.
Dan dengan cahaya yang kecil itu,
kau masih bisa keluar dari kegelapan dan menemukan jalan yang tepat untuk berpijak.

By: Yanne katrina.

Malam natal terburuk
~~

“Kasihanilah aku, TUHAN, sebab aku merana; sembuhkanlah aku, TUHAN, sebab tulang-tulangku gemetar,

dan jiwakupun sangat terkejut; tetapi Engkau, TUHAN, berapa lama lagi?”

~mazmur 6:3-4~

Segala sesuatunya berjalan dengan baik sejak aku dirawat oleh opa yance. Aku tidak harus mengalami ‘siksaan’ dalam masa-masa pengobatan seperti sebelumnya, dan terlebih lagi kedua orang tuaku tidak harus dipusingkan dengan biaya perawatan yang harus dikeluarkan seperti saat aku dirawat di RS.

Aku juga bisa kembali bersekolah seperti biasanya. Meskipun untuk itu aku harus benar-benar memeras otakku untuk mengejar segala ketertinggalanku selama sebulan aku sakit.

Dan Puji TUHAN meskipun harus dengan perjuangan yang besar untuk mengejar ketertinggalanku, tapi akhirnya aku bisa melewati ujian kenaikan kelas dan berhasil naik ke kelas 4 dengan nilai yang cukup memuaskan(setidaknya untuk ukuran murid yang tertinggal jauh). Akupun bisa menikmati kembali hari-hariku.

Sampai akhirnya liburan natal pun tiba. Aku begitu antusias setiap kali natal tiba, bagiku natal adalah satu-satunya saat dimana aku bisa tertawa dengan bahagia. Dimana sukacita natal bagiku akan menutupi semua dukaku. Hadiah, kue natal, liburan sekolah, kembang api, dan kebersamaan bersama keluarga besar. Bagiku itu adalah bahagiaku yang tak akan bisa digantikan dengan apapun.

“ sebelum natal, kita semua akan pergi berziarah ke makamnya opa.” Kata papa sambil menyiapkan peralatannya untuk ke bengkel.
“ wah kebetulan pa, aku belum pernah mengunjungi makamnya opa.” Jawabku dengan penuh semangat. Maklumlah, sebelum aku lahir, opa sudah meninggal jadi aku sama sekali belum pernah bertemu dengannya, apalagi mengunjungi makamnya. Karena itu, ini pertama kalinya aku akan mengunjungi makamnya opa.

“ ya sudah kalau begitu, kita akan kesana pas malam natal nanti sekalian kita akan mampir ke tempat saudara-saudaranya papa disana.”

Segalanya hampir mendekati sempurna kala itu, rencana-rencana yang kami buat untuk menyambut dan merayakan natal, sepertinya mampu menutupi semua kesedihan kami akan keadaanku yang sebenarnya. Tidak ada lagi yang memikirkan bahwa aku akan mengalami hal yang sama untuk kesekian kalinya.

Hari itu tepat tanggal 24 desember. Kami semua disibukan dengan persiapan untuk menyambut malam natal dan hari natal keesokan harinya.

“ yan, kamu jangan main keluar rumah sendirian ya. Kalau sudah selesai nonton tv kamu langsung tidur siang saja dengan kakamu.” Pesan mama sebelum keluar rumah untuk mengambil paket minuman dan kue untuk dipakai besoknya.

“iya ma, selesai nonton aku akan tidur siang sama agnes.” Jawabku singkat.
Saat itu aku sama sekali tidak pernah berpikir, bahwa kejadian siang itu akan membuatku memberikan hadiah natal terburuk untuk orang tuaku, terlebih untuk diriku sendiri.

setelah selesai menonton tv, aku kembali ke kamar untuk tidur siang seperti yang mamaku perintahkan. Saat masuk ke kamar, kakaku agnes sudah berada disana dan sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk setelah selesai mandi.

“ kau sudah mandi ya.?” Tanyaku sambil merebahkan diri di tempat tidur.

“ iya, sebentar lagi kan papa akan menjemput kita untuk ke tempat saudaranya.” Jawab kakaku sambil terus menggosok-gosokan rambutnya dengan handuk agar rambutnya cepat mengering.

Saat itu posisi kakaku sedang berdiri di atas kasur tepat di bawah kakiku. Dan entah apa yang ada di pikiranku saat itu, tiba-tiba saja aku mulai menggodanya dengan menarik-narik bajunya dengan kakiku dan menyuruhnya untuk berhenti mengeringkan rambutnya.

“ sudah, berhentilah mengeringkan rambutmu dan tidur saja denganku. Lagian bukan sekarang kan papa menjemput kita?” bujukku sambil terus menarik-narik bajunya dengan jari-jari kakiku.

“ hentikan yan, kalau mau tidur, tidur saja sendiri. aku masih mau mengeringkan rambutku.” Jawabnya dengan sedikit kesal atas ulahku. Tapi bukannya berhenti, aku malah semakin menjadi-jadi menggodanya. Kakiku malah semakin genjar mempermainkan bajunya.

“ temani aku tidur siang nes, aku tidak mau tidur sendiri.” godaku lagi dengan alasan yang dibuat-buat.

“ sudah aku bilang hentikan, hentikaaan…!!!” teriaknya sambil mengayunkan handuk yang dipegangnya ke arah kakiku.

“ aahhh….!!! kakiku…,kakiku…” aku begitu terkejut ketika handuk yang berada di tanganya, tiba-tiba sudah mendarat indah di paha kiriku. Dan yang lebih mengejutkanku lagi adalah rasa sakit yang aku rasakan setelah handuk itu menghantam kakiku.

“ kamu kenapa yan, kaki kamu kenapa.?” Dengan wajah yang terkejut, kakaku menghampiriku dengan ketakutan.

“ kakiku nes, kakiku patah…” jawabku gemetar.

“ ya Tuhan…, aku tidak sengaja yan, aku benar-benar tidak bermaksud untuk membuatmu seperti ini. Aku seharusnya tidak melakukan itu…” dengan air mata yang mulai mengalir, kakaku terlihat begitu menyesal dan takut atas apa yang terjadi.

“ bagaimana ini nes?…aku takut. Ahh…kakiku sakit sekali.” Aku begitu kesakitan menahan rasa sakit dikakiku.

“ aku juga tidak tahu yan, aku juga sangat takut. Mama dan papa pasti akan memarahiku habis-habisan. Aku minta maaf yan, aku benar-benar tidak sengaja..” jawabnya dengan nada suara yang terdengar gemetar.

“ sakit nes, kakiku sakit sekali..” tangisku tak bisa lagi ku tahan. Saat itu, yang bisa kami lakukan hanyalah menagisi semuanya sampai mama kembali.

Dan setelah beberapa saat kemudian, akhirnya mama sampai juga dirumah. Mama begitu terpukul dan kecewa atas apa yang terjadi. Hari dimana seharusnya kami sekeluarga bergembira, tapi kini malah berbalik menjadi hari terburuk dalam hidup kami.

“ apa yang kamu lakukan nes..? kamu seharusnya tahu keadaan adik kamu sendiri, kamu tahu kan dia sama sekali tidak boleh jatuh apalagi dipukuli seperti itu?” dengan air mata yang tidak bisa lagi dibendungnya, mama mulai memarahi kakaku.

“ aku sama sekali tidak sengaja ma, aku tidak tahu kalau pukulan dari handuk itu akan membuat kakinya patah.” Jawab kakaku memberikan alasannya dengan terisak.

Tapi kemudian, tiba-tiba saja papa masuk ke kamar dimana kami berada. Dan tanpa basa-basi lagi papa langsung melayangkan pukulannya di tangan kakaku.

“ bukankah seharusnya kamu menjaganya ? tapi kenapa justru kamu yang membuatnya harus terbaring sakit lagi? ayo jawab, kenapaaa ?!!” teriak papa pada kakaku.

“ aku minta maaf pa, aku tidak sengaja.” Tangis kakaku semakin pecah saat papa membentak dan memukulinya.

“ apa yang kamu lakukan? Apa kamu mau membuat dia seperti yanne juga.? Lagi pula dia tidak sengaja kan melakukannya.?” Jawab mama sambil menarik kakaku menjauh dari hadapan papa.

“ iya pa, agnes memang ngga sengaja. Aku lah yang lebih dulu mengganggunya.” Aku berusaha menjelaskan kejadian yang sebenarnya pada papa, agar kakaku tidak lagi disalahkan dan merasa bersalah untuk apa yang terjadi. Mendengar semuanya, papa hanya bisa terduduk lemas dan menangis.

“ kenapa harus seperti ini.? Kenapa kamu harus sakit seperti ini.?” Papa tak bisa lagi menahan semua yang dia rasakan. dan malam itu, menjadi malam natal terburuk bagi kami sekeluarga. Tidak ada suka cita dimalam natal, tidak ada hadiah, apa lagi senyum bahagia saat menyambut natal. Yang ada hanyalah air mata dan duka cita yang menyelimuti hati kami semua.

***

Malam itu, kira-kira pukul 8:00 malam. Orang tuaku memutuskan untuk membawaku ke tempatnya opa yance. Karena tidak mungkin bagi mereka untuk membawaku keesokan harinya, mengingat besoknya adalah christmas day.

Dan tentunya hari itu pasti akan sulit bagi kami untuk menemukan kendaraan yang akan membawaku ke tempat opa yance. Mau tidak mau, kami harus menempuh perjalanan yang panjang malam itu untuk mengobatiku.

Dan setelah hampir 2 jam kami menempuh perjalanan ketempatnya opa yance. Akhirnya kami tiba dengan selamat. Tapi tidak bagiku, seperti biasanya aku tahu pasti apa yang akan aku alami. aku tahu rasa sakit itu akan aku rasakan lagi malam ini. Dalam hati aku terus menerus mengucapkan doa pada-NYA. Aku sangat berharap DIA bisa memutar waktu dan mengembalikanku dalam keadaan sehat. Aku begitu ketakutan, sampai-sampai ingin mati saja rasanya.

Saat mobil yang kami tumpangi memasuki halaman rumahnya opa yance. Dari kejahuan aku bisa melihatnya berdiri memandangi mobil kami dengan wajah yang terlihat penasaran. Dan saat dia melihat kalau yang berada didalam mobil itu adalah aku, raut wajahnya terlihat sedikit terkejut. Aku rasa dia penasaran apa yang membuat kami datang ditengah malam seperti ini, apalagi ini adalah malam natal.

“ mau apa kalian datang malam-malam begini?”. Tanyanya dengan nada suara yang terdengar sedikit dingin.

“ ini opa, yanne sakit lagi”. jawab mama dengan sedikit gugup.

“ lagi..?” tanyanya opa dengan kening yang mengerut, tanda tak percaya. “ memangnya apa yang dia lakukan sampai bisa sakit lagi?”

“ dia sedang bermain dengan kakanya, kemudian kakanya tanpa sengaja memukulinya dengan handuk.” Jelas mama lagi.

“ hanya dipukuli dengan handuk saja.?” Kata opa dengan nada heran. Bukan hanya opa juga, tapi orang-orang yang berada di tempat itu pun terdengar seperti tidak mempercayai apa yang dikatakan mama.

“ iya opa, kami juga tidak bisa mempercayainya. Tapi itulah yang terjadi.” Ujar mama.

“ anak ini…” kata opa dengan suara yang terdengar pelan dan seperti keheranan.

Mereka pun menurunkanku dari mobil. Dan seperti biasa juga, aku berteriak-teriak kesakitan karena goncangan yang terjadi pada kakiku yang patah.

“ aahhh !!! pelan-pelan pa…,kakiku sakit sekali..” teriakku tanpa peduli kalau hari sudah larut, atau pada semua orang yang berada disana.

“ tahan yan, sebentar lagi opa akan menyembuhkanmu. Mama janji setelah itu semuanya akan baik-baik saja. Jangan menangis lagi, nanti kamu kehilangan tenagamu.” Bujuk mama untuk menenangkanku.

“ diam !!! berteriak tidak akan mengurangi rasa sakitmu. Tahan saja.” Bentak opa seperti biasanya. Aku hanya bisa terdiam dan berusaha untuk menahan semuanya.

Opa kemudian mengambil tempat duduk dibawah kakiku dan mengambil minyak urut seperti biasanya. Dan aku sangat tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

“ berikan dia handuk kecil.” Kata opa yance pada mama. Mama pun memberikan padaku sebuah handuk kecil.

“ gigit itu.” kata opa padaku.

“ apa…??” tanyaku bingung.

“ aku sangat tidak suka mendengar teriakanmu itu, jadi gigit itu dan sumbat mulutmu, dan berusahalah agar teriakanmu tidak terdengar lagi.” katanya lagi dengan begitu dingin.

Aku pun melakukan hal yang opa perintahkan, aku memasukan sebagian dari handuk itu untuk menyumpal mulutku. Dan persis seperti yang opa katakan, aku pun menggigit handuk itu. dan tanpa basa-basi lagi, opa yance mengangkat kakiku yang patah dengan begitu kasarnya.

“ ahhh….!!! sakiiitt !!!” teriakku. Tanpa sadar, sangking sakitnya aku melepaskan gigitanku pada handuk itu.

“ kenapa handuknya kau lepaskan ?!! cepat gigit kembali dan tahan dengan kedua tanganmu.” Kata opa dengan nada suara yang mulai meninggi.

Mama yang saat itu berada disampingku, dengan segera mengambil handuknya dan menyuruhku untuk menggigitnya lagi.

“ ayo yan, gigit ini. Kalau kamu menggigitnya, kamu tidak akan terlalu merasakan sakitnya. Kamu juga bisa berteriak tanpa membuat opa marah.” Bujuk mama dengan air mata yang juga mulai mengalir dari matanya. Saat itu aku hanya bisa memandang mama dengan air mata di pipiku, kemudian mengambil handuk itu dan menggigitnya.

Saat itu, setiap detik yang terlewati bagaikan pisau yang mengiris-ngiris dagingku,aku kesakitan tapi tak bisa menghindar. Mau tidak mau, aku harus melewatinya sampai opa yance selesai mengobati kakiku.

“ sebelum memberikan dia obat, ambilkan dia makanan didalam. Setidaknya dia harus makan sesuatu.” Kata opa setelah selesai membungkus kakiku dengan perban.

Itulah sifat opa yang sebenarnya. Opa sebenarnya sangat penyayang dan penuh kasih, hanya saja dia menunjukannya dengan cara yang berbeda dengan kebanyakan orang.

Waktu menunjukan pukul 11:30 malam ketika kami meninggalkan tempatnya opa yance. Aku sama sekali tak pernah membayangkan akan menyambut hari natal dalam perjalanan pulang di tengah malam seperti ini? Bagiku, ini akan menjadi malam natal terburuk dalam perjalanan hidupku. Dan tentu saja, akan menjadi natal kelabu untuk keluarga juga bagi diriku sendiri.

***

To be Continued….

Tinggalkan komentar