Arsip

Penulis Indonesia : Yanne Katrina

Kemarin pas ikut lomba ini, nama’ku ngga keluar. Sangkanya ngga bakal dimuat tulisanku ini..,

Ternyata eh ternyata, dimuat juga hehehe…, lumayan lah buat nambah-nambah ‘akses’ ke blog, apalagi pas ‘search ego’ nanti jadi makin rame link yang muncul about me ! hahaha…#narsis :p

 

Penulis Indonesia : Yanne Katrina.

~ THE LONG JOURNEY TO GET MIRACLE ~ 7

Chapter 3 ( part 1 )

Saat cahaya harapan yang kau lihat didalam kehidupanmu yang sulit begitu kecil.
Janganlah menyerah.
Karena meskipun kecil,tapi disana masih ada cahayanya.
Dan dengan cahaya yang kecil itu,
kau masih bisa keluar dari kegelapan dan menemukan jalan yang tepat untuk berpijak.

By: Yanne katrina.

Malam natal terburuk
~~

“Kasihanilah aku, TUHAN, sebab aku merana; sembuhkanlah aku, TUHAN, sebab tulang-tulangku gemetar,

dan jiwakupun sangat terkejut; tetapi Engkau, TUHAN, berapa lama lagi?”

~mazmur 6:3-4~

Segala sesuatunya berjalan dengan baik sejak aku dirawat oleh opa yance. Aku tidak harus mengalami ‘siksaan’ dalam masa-masa pengobatan seperti sebelumnya, dan terlebih lagi kedua orang tuaku tidak harus dipusingkan dengan biaya perawatan yang harus dikeluarkan seperti saat aku dirawat di RS.

Aku juga bisa kembali bersekolah seperti biasanya. Meskipun untuk itu aku harus benar-benar memeras otakku untuk mengejar segala ketertinggalanku selama sebulan aku sakit.

Dan Puji TUHAN meskipun harus dengan perjuangan yang besar untuk mengejar ketertinggalanku, tapi akhirnya aku bisa melewati ujian kenaikan kelas dan berhasil naik ke kelas 4 dengan nilai yang cukup memuaskan(setidaknya untuk ukuran murid yang tertinggal jauh). Akupun bisa menikmati kembali hari-hariku.

Sampai akhirnya liburan natal pun tiba. Aku begitu antusias setiap kali natal tiba, bagiku natal adalah satu-satunya saat dimana aku bisa tertawa dengan bahagia. Dimana sukacita natal bagiku akan menutupi semua dukaku. Hadiah, kue natal, liburan sekolah, kembang api, dan kebersamaan bersama keluarga besar. Bagiku itu adalah bahagiaku yang tak akan bisa digantikan dengan apapun.

“ sebelum natal, kita semua akan pergi berziarah ke makamnya opa.” Kata papa sambil menyiapkan peralatannya untuk ke bengkel.
“ wah kebetulan pa, aku belum pernah mengunjungi makamnya opa.” Jawabku dengan penuh semangat. Maklumlah, sebelum aku lahir, opa sudah meninggal jadi aku sama sekali belum pernah bertemu dengannya, apalagi mengunjungi makamnya. Karena itu, ini pertama kalinya aku akan mengunjungi makamnya opa.

“ ya sudah kalau begitu, kita akan kesana pas malam natal nanti sekalian kita akan mampir ke tempat saudara-saudaranya papa disana.”

Segalanya hampir mendekati sempurna kala itu, rencana-rencana yang kami buat untuk menyambut dan merayakan natal, sepertinya mampu menutupi semua kesedihan kami akan keadaanku yang sebenarnya. Tidak ada lagi yang memikirkan bahwa aku akan mengalami hal yang sama untuk kesekian kalinya.

Hari itu tepat tanggal 24 desember. Kami semua disibukan dengan persiapan untuk menyambut malam natal dan hari natal keesokan harinya.

“ yan, kamu jangan main keluar rumah sendirian ya. Kalau sudah selesai nonton tv kamu langsung tidur siang saja dengan kakamu.” Pesan mama sebelum keluar rumah untuk mengambil paket minuman dan kue untuk dipakai besoknya.

“iya ma, selesai nonton aku akan tidur siang sama agnes.” Jawabku singkat.
Saat itu aku sama sekali tidak pernah berpikir, bahwa kejadian siang itu akan membuatku memberikan hadiah natal terburuk untuk orang tuaku, terlebih untuk diriku sendiri.

setelah selesai menonton tv, aku kembali ke kamar untuk tidur siang seperti yang mamaku perintahkan. Saat masuk ke kamar, kakaku agnes sudah berada disana dan sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk setelah selesai mandi.

“ kau sudah mandi ya.?” Tanyaku sambil merebahkan diri di tempat tidur.

“ iya, sebentar lagi kan papa akan menjemput kita untuk ke tempat saudaranya.” Jawab kakaku sambil terus menggosok-gosokan rambutnya dengan handuk agar rambutnya cepat mengering.

Saat itu posisi kakaku sedang berdiri di atas kasur tepat di bawah kakiku. Dan entah apa yang ada di pikiranku saat itu, tiba-tiba saja aku mulai menggodanya dengan menarik-narik bajunya dengan kakiku dan menyuruhnya untuk berhenti mengeringkan rambutnya.

“ sudah, berhentilah mengeringkan rambutmu dan tidur saja denganku. Lagian bukan sekarang kan papa menjemput kita?” bujukku sambil terus menarik-narik bajunya dengan jari-jari kakiku.

“ hentikan yan, kalau mau tidur, tidur saja sendiri. aku masih mau mengeringkan rambutku.” Jawabnya dengan sedikit kesal atas ulahku. Tapi bukannya berhenti, aku malah semakin menjadi-jadi menggodanya. Kakiku malah semakin genjar mempermainkan bajunya.

“ temani aku tidur siang nes, aku tidak mau tidur sendiri.” godaku lagi dengan alasan yang dibuat-buat.

“ sudah aku bilang hentikan, hentikaaan…!!!” teriaknya sambil mengayunkan handuk yang dipegangnya ke arah kakiku.

“ aahhh….!!! kakiku…,kakiku…” aku begitu terkejut ketika handuk yang berada di tanganya, tiba-tiba sudah mendarat indah di paha kiriku. Dan yang lebih mengejutkanku lagi adalah rasa sakit yang aku rasakan setelah handuk itu menghantam kakiku.

“ kamu kenapa yan, kaki kamu kenapa.?” Dengan wajah yang terkejut, kakaku menghampiriku dengan ketakutan.

“ kakiku nes, kakiku patah…” jawabku gemetar.

“ ya Tuhan…, aku tidak sengaja yan, aku benar-benar tidak bermaksud untuk membuatmu seperti ini. Aku seharusnya tidak melakukan itu…” dengan air mata yang mulai mengalir, kakaku terlihat begitu menyesal dan takut atas apa yang terjadi.

“ bagaimana ini nes?…aku takut. Ahh…kakiku sakit sekali.” Aku begitu kesakitan menahan rasa sakit dikakiku.

“ aku juga tidak tahu yan, aku juga sangat takut. Mama dan papa pasti akan memarahiku habis-habisan. Aku minta maaf yan, aku benar-benar tidak sengaja..” jawabnya dengan nada suara yang terdengar gemetar.

“ sakit nes, kakiku sakit sekali..” tangisku tak bisa lagi ku tahan. Saat itu, yang bisa kami lakukan hanyalah menagisi semuanya sampai mama kembali.

Dan setelah beberapa saat kemudian, akhirnya mama sampai juga dirumah. Mama begitu terpukul dan kecewa atas apa yang terjadi. Hari dimana seharusnya kami sekeluarga bergembira, tapi kini malah berbalik menjadi hari terburuk dalam hidup kami.

“ apa yang kamu lakukan nes..? kamu seharusnya tahu keadaan adik kamu sendiri, kamu tahu kan dia sama sekali tidak boleh jatuh apalagi dipukuli seperti itu?” dengan air mata yang tidak bisa lagi dibendungnya, mama mulai memarahi kakaku.

“ aku sama sekali tidak sengaja ma, aku tidak tahu kalau pukulan dari handuk itu akan membuat kakinya patah.” Jawab kakaku memberikan alasannya dengan terisak.

Tapi kemudian, tiba-tiba saja papa masuk ke kamar dimana kami berada. Dan tanpa basa-basi lagi papa langsung melayangkan pukulannya di tangan kakaku.

“ bukankah seharusnya kamu menjaganya ? tapi kenapa justru kamu yang membuatnya harus terbaring sakit lagi? ayo jawab, kenapaaa ?!!” teriak papa pada kakaku.

“ aku minta maaf pa, aku tidak sengaja.” Tangis kakaku semakin pecah saat papa membentak dan memukulinya.

“ apa yang kamu lakukan? Apa kamu mau membuat dia seperti yanne juga.? Lagi pula dia tidak sengaja kan melakukannya.?” Jawab mama sambil menarik kakaku menjauh dari hadapan papa.

“ iya pa, agnes memang ngga sengaja. Aku lah yang lebih dulu mengganggunya.” Aku berusaha menjelaskan kejadian yang sebenarnya pada papa, agar kakaku tidak lagi disalahkan dan merasa bersalah untuk apa yang terjadi. Mendengar semuanya, papa hanya bisa terduduk lemas dan menangis.

“ kenapa harus seperti ini.? Kenapa kamu harus sakit seperti ini.?” Papa tak bisa lagi menahan semua yang dia rasakan. dan malam itu, menjadi malam natal terburuk bagi kami sekeluarga. Tidak ada suka cita dimalam natal, tidak ada hadiah, apa lagi senyum bahagia saat menyambut natal. Yang ada hanyalah air mata dan duka cita yang menyelimuti hati kami semua.

***

Malam itu, kira-kira pukul 8:00 malam. Orang tuaku memutuskan untuk membawaku ke tempatnya opa yance. Karena tidak mungkin bagi mereka untuk membawaku keesokan harinya, mengingat besoknya adalah christmas day.

Dan tentunya hari itu pasti akan sulit bagi kami untuk menemukan kendaraan yang akan membawaku ke tempat opa yance. Mau tidak mau, kami harus menempuh perjalanan yang panjang malam itu untuk mengobatiku.

Dan setelah hampir 2 jam kami menempuh perjalanan ketempatnya opa yance. Akhirnya kami tiba dengan selamat. Tapi tidak bagiku, seperti biasanya aku tahu pasti apa yang akan aku alami. aku tahu rasa sakit itu akan aku rasakan lagi malam ini. Dalam hati aku terus menerus mengucapkan doa pada-NYA. Aku sangat berharap DIA bisa memutar waktu dan mengembalikanku dalam keadaan sehat. Aku begitu ketakutan, sampai-sampai ingin mati saja rasanya.

Saat mobil yang kami tumpangi memasuki halaman rumahnya opa yance. Dari kejahuan aku bisa melihatnya berdiri memandangi mobil kami dengan wajah yang terlihat penasaran. Dan saat dia melihat kalau yang berada didalam mobil itu adalah aku, raut wajahnya terlihat sedikit terkejut. Aku rasa dia penasaran apa yang membuat kami datang ditengah malam seperti ini, apalagi ini adalah malam natal.

“ mau apa kalian datang malam-malam begini?”. Tanyanya dengan nada suara yang terdengar sedikit dingin.

“ ini opa, yanne sakit lagi”. jawab mama dengan sedikit gugup.

“ lagi..?” tanyanya opa dengan kening yang mengerut, tanda tak percaya. “ memangnya apa yang dia lakukan sampai bisa sakit lagi?”

“ dia sedang bermain dengan kakanya, kemudian kakanya tanpa sengaja memukulinya dengan handuk.” Jelas mama lagi.

“ hanya dipukuli dengan handuk saja.?” Kata opa dengan nada heran. Bukan hanya opa juga, tapi orang-orang yang berada di tempat itu pun terdengar seperti tidak mempercayai apa yang dikatakan mama.

“ iya opa, kami juga tidak bisa mempercayainya. Tapi itulah yang terjadi.” Ujar mama.

“ anak ini…” kata opa dengan suara yang terdengar pelan dan seperti keheranan.

Mereka pun menurunkanku dari mobil. Dan seperti biasa juga, aku berteriak-teriak kesakitan karena goncangan yang terjadi pada kakiku yang patah.

“ aahhh !!! pelan-pelan pa…,kakiku sakit sekali..” teriakku tanpa peduli kalau hari sudah larut, atau pada semua orang yang berada disana.

“ tahan yan, sebentar lagi opa akan menyembuhkanmu. Mama janji setelah itu semuanya akan baik-baik saja. Jangan menangis lagi, nanti kamu kehilangan tenagamu.” Bujuk mama untuk menenangkanku.

“ diam !!! berteriak tidak akan mengurangi rasa sakitmu. Tahan saja.” Bentak opa seperti biasanya. Aku hanya bisa terdiam dan berusaha untuk menahan semuanya.

Opa kemudian mengambil tempat duduk dibawah kakiku dan mengambil minyak urut seperti biasanya. Dan aku sangat tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

“ berikan dia handuk kecil.” Kata opa yance pada mama. Mama pun memberikan padaku sebuah handuk kecil.

“ gigit itu.” kata opa padaku.

“ apa…??” tanyaku bingung.

“ aku sangat tidak suka mendengar teriakanmu itu, jadi gigit itu dan sumbat mulutmu, dan berusahalah agar teriakanmu tidak terdengar lagi.” katanya lagi dengan begitu dingin.

Aku pun melakukan hal yang opa perintahkan, aku memasukan sebagian dari handuk itu untuk menyumpal mulutku. Dan persis seperti yang opa katakan, aku pun menggigit handuk itu. dan tanpa basa-basi lagi, opa yance mengangkat kakiku yang patah dengan begitu kasarnya.

“ ahhh….!!! sakiiitt !!!” teriakku. Tanpa sadar, sangking sakitnya aku melepaskan gigitanku pada handuk itu.

“ kenapa handuknya kau lepaskan ?!! cepat gigit kembali dan tahan dengan kedua tanganmu.” Kata opa dengan nada suara yang mulai meninggi.

Mama yang saat itu berada disampingku, dengan segera mengambil handuknya dan menyuruhku untuk menggigitnya lagi.

“ ayo yan, gigit ini. Kalau kamu menggigitnya, kamu tidak akan terlalu merasakan sakitnya. Kamu juga bisa berteriak tanpa membuat opa marah.” Bujuk mama dengan air mata yang juga mulai mengalir dari matanya. Saat itu aku hanya bisa memandang mama dengan air mata di pipiku, kemudian mengambil handuk itu dan menggigitnya.

Saat itu, setiap detik yang terlewati bagaikan pisau yang mengiris-ngiris dagingku,aku kesakitan tapi tak bisa menghindar. Mau tidak mau, aku harus melewatinya sampai opa yance selesai mengobati kakiku.

“ sebelum memberikan dia obat, ambilkan dia makanan didalam. Setidaknya dia harus makan sesuatu.” Kata opa setelah selesai membungkus kakiku dengan perban.

Itulah sifat opa yang sebenarnya. Opa sebenarnya sangat penyayang dan penuh kasih, hanya saja dia menunjukannya dengan cara yang berbeda dengan kebanyakan orang.

Waktu menunjukan pukul 11:30 malam ketika kami meninggalkan tempatnya opa yance. Aku sama sekali tak pernah membayangkan akan menyambut hari natal dalam perjalanan pulang di tengah malam seperti ini? Bagiku, ini akan menjadi malam natal terburuk dalam perjalanan hidupku. Dan tentu saja, akan menjadi natal kelabu untuk keluarga juga bagi diriku sendiri.

***

To be Continued….

~ The Long Journey To Get Miracle ~

                               ~ The Long Journey To Get MIRACLE ~

 untuk Tuhan YESUS yang telah menyelamatkanku,

untuk mama yang tak pernah lelah menjaga & merawatku,

untuk papa yang selalu menangis untukku,

untuk kakak perempuanku agnes yang sudah terlahir sehat & kuat,

untuk teman-teman terbaik yang sudah menjadi ‘mini’ energy untukku : Nita, Michelle, & Gina,

untuk semua orang yang sudah menjadi hal baik dan buruk dalam hidupku,

Terlebih lagi untuk Alm.Opa Yance Adena yang sudah menjadi penolong & penghiburku……

                                                     ~   TERIMA KASIH   ~

                              Kisah ini aku persembahkan untuk kalian….

Based on a true story….,

”Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.”

 

 

                                                                                 ~Pengkhotbah 3:11~

Prolog…..,

Seorang gadis berusia 13 tahun, yang berharap bisa menerima mukjizat. Justru menemukan kenyataan bahwa dia harus kembali mengalami patah tulang. Bahkan sebuah patah tulang yang jauh lebih parah dari sebelumnya. Serentak semua orang yang ada diruangan itu langsung mengerumuniku.

Saat itu aku merasakan sakit hampir disetiap tubuhku. Dan saat aku melihat ke arah kakiku. Betapa terkejutnya aku, saat melihat tulang kering di kaki kananku, tinggal 1cm lagi tulangnya hampir menembus kulit dan keluar.

Sedangkan kaki kiriku, lututnya bergeser dari posisinya. Aku juga merasakan sakit pada lengan kananku, dan saat aku menoleh untuk melihatnya, tangan kananku sudah terputar kebelakang dan terkulai.

Aku sangat berharap saat itu aku langsung pingsan seketika saat melihatnya. Tapi tidak…jangankan pingsan. Menangispun aku tidak bisa, aku hanya terpaku diam cukup lama saat melihat tubuhku yang tak lagi terlihat ‘utuh’ karena beberapa bagian tubuhku yang patah.

Mengapa begini ? mengapa bukannya sembuh, aku justru mengalami patah tulang yang serius di berbagai bagian ditubuhku? Apa ini sebuah cobaan, atau sebuah tantangan yang harus aku lewati? Jika ini harga yang harus aku balas untuk keteguhan iman dan kepercayaan penuhku pada-MU,  Maka aku akan berhenti percaya !

Aku akan berhenti berharap pada-MU. Aku benar-benar lelah Tuhan, aku benar-benar tidak bisa menemukan pemahaman untuk semua penderitaan yang KAU ijinkan terjadi dalam hidupku. Kesabaran sebesar apa, yang sanggup menahanku untuk tetap percaya pada-MU?  jika pada keyakinan terdalamku pun, KAU masih mengijinkan hal ini terjadi padaku?

Kebenaran selalu menjadi milik-MU, tapi dari dasar lumpur dosa yang menyelimuti hidupku pun, aku akan tetap bertanya, mengapa? Aku bukan seseorang yang menjadikan larangan-MU sebagai jalanku, bahkan didalam hidupku yang gelap, aku tetap percaya pada janji-MU. Tapi kenapa? Kenapa derita ini melekat kuat dalam hidupku? Setidaknya ijinkan aku tahu mengapa? Agar aku bisa menjalaninya dengan tabah….

 

Chapter 1

  

Waktu berlalu meninggalkan kenangan.

Membuat cerita, menggoreskan luka.

Mengurai air mata, saat mimpi hanya menjadi sebuah harapan.

Berlahan dunia terasa kecil untukku.

Air mata menjadi sahabat terbaikku, dan kesendirian menjadi kawan setiaku.

 

 

Tetapi saat semuanya terasa gelap, aku bisa bertahan.

Saat semuanya tak bisa ku terima, aku bisa bertahan.

Saat hidupku tak seindah yang lain, aku masih bisa bertahan.

Yaa..aku bisa bertahan.

Dan saat harapan-harapan terbaikku tergeletak hancur, aku akan tetap bernyanyi dan berseru aku percaya pada-MU…!!!

 

 

Sesaat aku kehilangan keyakinanku,

kekecewaan membuatku berhenti berharap.

Dan rasa sakit membuatku lemah.

Berlahan dunia membuatku ingin menyerah.

Kenyataan  jauh dari harapan, seakan mimpiku tak bisa jadi nyata.

 

 

Tapi dalam dari itu semua, aku tahu waktu TUHAN lah yang terbaik.

Di dalam pengharapan yang sabar, aku diam dengan tenang.

Dan sampai waktu TUHAN itu tiba, aku akan memegang tangan TUHAN dengan erat melalui doa.

 

                                                                                  By: Yanne Katrina.

 

  Mengapa aku TUHAN…???

~~

“Ah, hendaklah kiranya kekesalan hatiku ditimbang,

dan kemalanganku ditaruh  bersama-sama di atas neraca!

  Maka beratnya akan melebihi pasir di laut;

     oleh sebab itu tergesa-gesalah perkataanku.”

                                                                  

~  Ayub 6:2-3 ~

“Kalo sudah jam istirahat kamu jangan main keluar sendiri ya. Kalo mau keluar kelas minta tolong sama ibu guru , nanti ibu guru yang temani kamu keluar kelas.” Sambil merapikan seragamku, mama terus mengulang pesan yang sama hampir setiap kali aku akan berangkat ke sekolah.

“ iya ma..” aku hanya bisa mengangguk tanda setuju.

“bekal siangmu sudah ada di tas, jadi kalo sudah jam istirahat, kamu ngga perlu keluar kelas untuk membeli makanan. Kalo memang ingin beli sesuatu, minta tolong sama temanmu saja.” Katanya lagi dengan gaya dan nada yang sama.

“nes…!” teriak mama memanggil kakaku, “kamu sudah siap belum?”

“ iya, sudah ma…” sahut kakaku sambil berjalan mengikuti kami dari belakang.

Dibanding denganku, kakaku agnes jauh dari yang namanya lemah, bahkan bisa dibilang tubuhnya sangat kuat dan sehat.

Seperti biasanya, saat berangkat ke sekolah aku akan digendong oleh mama atau papaku, tergantung siapa yang mengantar. Dan pagi itu giliran mama yang mengantarkanku kesekolah.

Dengan langkah kaki yang sedikit dipercepat untuk mengejar waktu, mama terus berjalan sambil menggendongku dengan erat diikuti oleh kakaku dari belakang. Tangan-tangan kecilku erat merangkul leher mama. terdengar jelas ditelingaku hembusan nafasnya yang ngos-ngosan karena kelelahan menggendongku. Tubuhnya yang terbilang kecil tapi kuat, terus menggendongku dengan erat.

Ketika tiba di persimpangan jalan, kakaku melanjutkan perjalanannya kesekolah seorang diri, karena saat itu aku dan kakaku sekolah di tempat yang berbeda.

Setibanya di sekolah, mama mengantarku masuk sampai kedalam kelas. “ selamat pagi yanne.” Sapa guru kelasku, bu lia.

“pagi bu guru.” Balasku, seraya memasukan tasku di laci meja.

“ eh pagi bu lia, aku titip yanne lagi ya, tolong perhatikan dia saat jam istirahat, aku takut dia jalan-jalan sendiri keluar kelas.” Mama kembali lagi mengulangi kebiasaannya meminta guru-guru untuk menjagaku agar tidak keluar kelas.

“ iya bu, pasti kami akan memperhatikan yanne dengan baik. Ibu tenang saja ya.” Jawaban bu lia sepertinya memberikan sedikit ketenangan pada wajah mama.

“ kalo begitu makasih ya bu guru, aku permisi pulang dulu.” Mama berpamitan dengan bu lia. Kemudian kembali mengarahkan pandangannya padaku, untuk mengatakan hal yang sama seperti biasanya. Jangan keluar kelas saat jam istirahat.

Saat lonceng sekolah berbunyi tanda bahwa jam istirahat sudah tiba, teman-teman sekelasku terlihat begitu bergembira. Tapi bagiku hal itu tidak mengubah apapun,  jam istirahat atau tidak, aku tetap harus berada didalam kelas ditemani bekal makan siangku.

Siang itu aku benar-benar tidak bisa menikmati makan siangku. Pikiranku dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang sudah sejak lama aku pikirkan. Kenapa aku berbeda dengan yang lain?, mengapa diluar sana anak-anak yang lain bisa berlari bebas ? sedangkan aku hanya bisa duduk disini sambil bertanya-tanya mengapa aku.? mengapa aku TUHAN yang harus menderita penyakit aneh yang tak ada obatnya ini.?

Teman-teman sekelasku, kaka perempuanku, bahkan anak-anak yang hanya tumbuh dipinggir jalanpun semuanya sehat. Lalu apa salahku sehingga aku harus berbeda dengan mereka?

Aku ingin sekali mengerti mengapa ini terjadi, tapi aku tak menemukan satu pun alasan mengapa ini harus terjadi.? Apa yang bisa dipahami seorang gadis kecil yang berusia 5 tahun tentang  OSTEOPOROSIS juvenil idiopatik.? Saat itu yang bisa aku pahami adalah, bahwa aku berbeda dari yang lain, dan hal itu jelas-jelas tak bisa aku terima dengan lapang dada.

***

To be Continued….

Kemerdekaan sejati

 

“ Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!”.

 

Tanggal 17agustus kemarin, kita baru saja merayakan hari kemerdekaan bangsa kita. Indonesia. Setiap tahunnya, kita memperingati hari kemerdekaan bangsa indonesia, dengan mengadakan upacara bendera untuk mengenang dan menghormati jasa para pahlawan yang sudah berjuang untuk merebut kemerdekaan dari tangan para penjajah.

Demi memberikan kebebasan kepada kita semua, mereka bahkan sampai kehilangan nyawa mereka. Dan setiap kali kita mengingat perjuangan mereka, pasti dihati kita timbul perasaan haru, sedih, dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas perjuangan mereka.

Sebagai warga negara yang baik, apa yang selama ini kita lakukan, yaitu dengan mengikuti upacara kemerdekaan tiap tahunnya, tentu sangatlah baik dan patut kita lakukan sebagai wujud rasa terima kasih kita kepada para pejuang yang sudah kehilangan nyawa demi kemerdekaan yang saat ini sedang kita nikmati.

Lalu bagaimana dengan kehidupan rohani dan dalam kehidupan pribadi kita dengan Tuhan? Apakah kita, sebagai umat Tuhan yang hidup didalam kebebasan karena pengorbanan-Nya. mampu menghargai dan berterima kasih atas pengorbanan-Nya itu ? atau justru malah menyalah gunakan kemerdekaan kita dengan terus hidup dalam dosa?

Apakah kita benar-benar bisa dengan hati yang tulus, berterima kasih dan menghargai pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib, seperti saat kita menghargai jasa para pahlawan kita dulu? Kalau kita bisa melakukan hal yang sama, lalu bagaimana cara kita menunjukan rasa terima kasih dan penghargaan kita pada Tuhan Yesus , yang sudah berperang melawan iblis sehingga iblis bisa dikalahkan dan kehilangan kuasanya untuk mendakwa kita?.

Kalau setiap tahunnya, kita mengikuti upacara bendera untuk menghormati para pahlawan yang sudah berjasa atas kemerdekaan bangsa kita. Lalu bagaimana kita sebagai anak-anak Tuhan, menghormati jasa Yesus yang sudah memberikan kebebasan atas kuasa iblis dalam hidup kita?.

Satu-satunya cara bagi kita untuk menghargai pengorbanan-Nya, adalah hidup sesuai dengan apa yang Dia kehendaki. Tuhan menginginkan kita, sebagai anak-anak-Nya untuk setia kepada-Nya, sama seperti Dia yang sudah setia kepada kita sampai mati di kayu salib.

Kalau sekarang, saat kita mengikuti upacara bendera hanya untuk mengenang jasa para pahlawan negara kita yang sudah mati. Lain halnya dalam kehidupan rohani kita, memang saat ini kita diingatkan untuk menghargai pengorbanan Tuhan Yesus yang mati di kayu salib. Akan tetapi satu hal yang perlu kita ingat dengan jelas, bahwa meskipun Dia mati tapi Dia hidup kembali dan bahkan masih terus berjuang sampai saat ini dalam menghadapi persoalan dan pergumulan hidup kita.

Kita memang sudah merdeka oleh pengorbanan-Nya di kayu salib, tetapi jangan jadikan itu sebagai satu-satunya alasan untuk tetap hidup didalam dosa. Karena masih banyak di antara kita umat yang percaya, yang setiap harinya masih kompromi dengan dosa dan dengan entengnya berkata, berbuat dosa saja dulu lalu minta ampun, toh asal kita percaya pada Tuhan Yesus maka dosa kita akan terhapuskan.

Memang benar Yesus adalah satu-satunya jalan kebenaran dan hidup, dan oleh karena Dialah kita beroleh pengampunan di hadapan Bapa atas dosa-dosa kita. Tetapi itu bukan berarti ketika kita telah menerima keselamatan itu, kita justru menyalah gunakannya untuk terus hidup dalam dosa.

Yesus adalah satu-satunya “Jalan” keselamatan bukan “Gantungan” keselamatan. karena itu keselamatan yang kita terima dari pengorbanan-Nya di kayu salib, juga harus kita Jalani dalam hidup kita, yaitu dengan terus hidup didalam kasih dan melakukan apa yang baik dan benar di hadapan-Nya. Bukan sebaliknya, terus menerus melakukan dosa dan menggantungkan semuanya pada-Nya.

Hidup adalah perjuangan, pergumulan, bahkan pergulatan. Tapi kita tidak boleh menyerah dalam menghadapi semua itu. Cukup sekali saja Yesus menjadi penanggung dosa kita, yaitu saat Dia mati dikayu salib. karena itu disaat kita sudah menerima keselamatan dari-Nya, jangan sia-siakan itu dan jalanilah keselamatan itu bersama dengan Yesus. Jadikan Dia sebagai sahabat, penasehat, penolong, dan penghibur didalam perjalanan iman kita bersama-Nya. Jangan berbuat dosa lagi, dan jangan jadikan Dia sebagai penanggung terus menerus untuk dosa-dosa yang kita lakukan.

Karena pada akhirnya, kemenangan dan kemerdekaan kita terhadap semua itu akan ditentukan oleh Tuhan Yesus sendiri. yang terpenting adalah, kita setia untuk tetap didalam Tuhan, berjuang, bergulat, dan bergumul dalam segala aspek kehidupan.

Hidup sebagai orang percaya memang tidaklah gampang. Terkadang kita tergoda untuk menyerah dan berhenti berjuang. Akan tetapi, janganlah kita cepat berputus asa atau merasa kalau kemampuan yang kita miliki, tidaklah cukup untuk menyelesaikan setiap pergumulan yang ada.

Karena kemampuan kita yang terbatas, dapat dipakai untuk menunjukan kekuatan ALLAH yang tak terbatas. Dan sebagai umat percaya, kita dipanggil untuk berjuang dalam menghadapi setiap pergumulan dan tantangan hidup yang ada di hadapan kita. Amin.

 

Be Bless….